Pages

Labels

Minggu, 10 Juni 2012

Nasyiah menghampiri, mereka pun tersenyum...



Banjir bandang yang melanda lima kecamatan (Langgudu, Belo, Palibelo, Monta dan Woha) di Bima mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup banyak dialami oleh warga. Camat Belo, M Chandra Kusuma mengungkapkan, banjir bandang itu cukup mengagetkan warga Kecamatan Belo, terutama masyarakat di Desa Ncera, Soki, Lido, Ngali dan Renda. Akibat banjir bandang, tanaman bawang merah yang siap panen hancur. Tidak itu saja, bawang yang sudah dipanen, bahkan sudah deal harganya dengan pembeli ikut terbawa banjir. “Demikian juga dengan tanaman padi yang diperkirakan akan gagal panen”, ujarnya.
Kata Chandra, lahan pertanian warga Ncera seluas 100 Ha yang dipakai untuk tanaman bawang, padi dan kacang tanah juga rusak. Selain itu, lahan warga Soki 18 Ha, lahan pada masyarakat Lido 16 Ha dan lahan bawang Merah 14 hektar.
Sedangkan lahan tanaman bawang merah yang rusak milik warga Ngali sekitar 400 hektar. Lahan padi masyarakat Renda 75 ha, bawang merah 125 hektar serta lahan padi masyarakat Cenggu 103 hektar dan 40 hektar tanaman bawang merah. (mau berita selengkapnya? baca di www.suaramandiri.net)


Namun dari sekian banyak kerugian materi tersebut, tidak dapat dimungkiri keadaan psikologi warga yang menjadi korban banjir pun sepertinya ikut tergerus oleh air bah tersebut. Harapan-harapan yang mereka tanam di sawah-sawah kini berubah menjadi lumpur.
Ya, ada banyak harapan di sana. Para pemuda-pemuda tanggung yang hendak melangsungkan perkawinan pasca panen kini harus menggigit jari, mencoba memberikan pengertian kepada sang calon istri untuk bersabar, menunggu hasil panen selanjutnya (itupun kalau punya modal untuk membeli bibit lagi) agar bisa “doho dampi.” para orang tua yang menyiapkan biaya untuk anak-anaknya yang akan melanjutkan pendidikan ke SMP, SMA, mendaftar Kuliah, persiapan tahun ajaran baru, bayar SPP, biaya anaknya yang akan wisuda sarjana dan segudang kebutuhan lainnya memaksa mereka harus tersenyum getir, mencoba berdiri tegak dengan kaki-kaki lemas dan gemetar (masih untung g pingsan) sambil memandang air bah itu menyapu semuanya, pusing...bahkan puyer Bintang Toedjoe pun takan mampu mengobatinya!


Menyadari kenyataan ini, Nasyiah Kabupaten Bima dengan segala keterbatasannya mencoba menghampiri para korban. Meski dengan bantuan ala kadarnya, namun dengan kehadiran di tengah-tengah para korban banjir merepresentasikan bahwa masih ada yang peduli, masih ada yang mau berbagi. Mengembalikan semuanya seperti sedia kala, adalah mustahil. Namun dengan menyadarkan kepada mereka bahwa live must go on mungkin akan membantu men-charger semangat mereka untuk berjuang kembali, menghias kembali wajah-wajah mereka dengan senyum penuh arti yang menyiratkan bahwa memang hidup tak harus berhenti disini...

1 komentar:

  1. Bangga ku terhadap Nasyiah. Toek Nasyiah, tetap memberi untuk yang membutuhkan meski tak semua...

    BalasHapus