Pages

Labels

Kamis, 07 Juni 2012

sejarah perumusan kepribadian Muhammadiyah


Rumusan materi kepribadian Muhammadiyah untuk pertama kalinya disusun oleh sebuah tim yang tediri dari:
  1. KH. Fakih Usman.
  2. KH. Farit Ma,ruf
  3. KH. Wardan Diponigrat.
  4. DR. Hamka.
  5. H. Djarnawati Hadikusumo.
  6. M. Djindar Tamimy
  7. M. Saleh Ibrahim.
Tim tersebut dibentuk oleh pimpinan pusat Muhammadiyah setelah memperhatikan isi pidato KH. Fakih Usman. Dengan judul “Apakah Muhammadiyah Itu ?” yang disampaikan didepan para peserta kursus pimpinan Muhammadiyah seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh pimpinan pusat Muhammadiyah pada bulan Ramadhan 1381 H/1961M.
Isi pidato KH. Fakih Usman itu mengandung makna yang sangat mendalam sehingga menarik perhaian para tokoh Muhammadiyah yang dating dari seluruh Indonesia. Hal tersebut sangat dimengerti karena KH Fakih Usman. Dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang kaya pengalaman, luas Ilmunya dan mendalam ruhul Islamnya. Dengan kemampuannya yang besar itu, beliau dapat mengugugah semangat para pimpinan Muhammadiyah pada saat itu.
Setelah selesai KH. Fakih Usman menyampaikan pidatonya itu, maka mufakatlah para tokoh Muhammadiyah untuk merumuskan buah pikiran KH. Fakih Usman agar kelak dapat dijadikan pedoman organisasi.
Dari hasil kesepakatan para tokoh Muhammadiyah, maka dibentuklah tim perumus materi kepribadian Muhammadiyah yang orang-orangnya sebagai mana sudah dikemukakan dimuka. Kemudian hasi kerja tim perumus di ajukan kepada pimpinan pusat Muhammadiyah, lalu oleh PP Muhammadiyah ditetapkan sebagai salah satu agenda sidang tanwir yang berlangsung dari tanggal 25 sampai dengan 28 agustus 1962.
Setelah melalui pembahasan dan penyempurnaan beberapa segi, akhirnya sidan tanwir dapat menerimanya untuk kemudian diacarakan pada Muktamar Muhammadiyah ke35 (setengah abad) di Jakarta. Melalui Muktamar ke35 inilah akhirnya diterima rumusan yang makin sempurna, kemudian diamanatkan lagi kepada pimpinan pusat Muhammadiyah untuk mendapatkan perhatian dan perbaikan seperlunya, akhinyapada tanggal 29 april 1963 pimpinan pusat dapat menyelesaikan tugasnya sehingga lahirlah apa yang kita kenal sekarang, yakni “Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyah”.

  1. Hakikat Dan Fungsi Kepribadian Muhammadiyah.

Pada hakikatnya kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhahnya persyarikatan Muhammadiyah yang mencerminkan tiga predikat yang melekat kuat sebagai Asy-syakhshiyah (jati dirinya)secarah utuh (orisinal). Ketiga predikat itu adalah :
  1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
  2. Muhammadiyah sebagai gerakan Da,wah.
  3. Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid.
Penanaman Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas (aqidah) perjuangan Muhammadiyah yang telah menjadkan dinul Islam sebagai satu-satunya Al-Manhaj Al-Ilahi (undang-undang Ilahi) sebagai subjek (sumber nilai) dan objek (sumber konsep) perjuangan Muhammadiyah. Yang dimaksud dengan Islam sebagai objek (sumber nilai) perjuangan Muhammadiyah ialah bahwa semua hasil kegiataan dan amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan (didasarkan dan dijiwai) dengan dinul Islam dan ruhul Islam, sedankan yang dimaksud dengan Islam sebagai objek (sumber konsep) perjuangan Muhammadiyah ialah bahwa semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah adalah untuk “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam” untuk mencapai terwujutnya cita-cita Islam, yaitu:
“Masyarakat utama Adil dan makmur yang diridlai Allah SWT” dimana kebaikan dan kebahagiaan luas merata. Sebagai sumber nilai dan sumber konsep,maka dinul Islam tidak bisa dari kehidupan dan perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi “sibghah” yang medasari, menjiwai dan mewarnai seluruh Gerakan Muhammadiyah.
Penanaman Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dapat dilihat dari segi bentuk(ujud) kegiatan dan amal usahanya untuk melaksanakan Dakwah Islamiah amar makruf nahy munkar sebagai tugas utama umat Islam dibidan kemasyarakatan sebagaimana firman Allah.
Artinya:
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma,ruf dan mencegah dari yang mungkar, danberiman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”
Islam adalah sumber nilai, sedangkan dakwah Islamiah merupakan proses alih nilai yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku dan dakwah Islamiah yang dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah upaya pengkondisian masyarakat agar objek dakwah lebih mengetahui,memahami, dan mengamalkan dinul Islam sebagai pandangan dan cita-cita hidupnya.
Dalam pengertian Muhammadiyah sebagai subjek dakwah maka seluruh amal usaha Muhammadiyah harus merupakan amal usaha dakwah; seluruh pimpinan Muhammadiyah disemua tingkat harus menjadi pimpinan gerakan dakwah. Semua pimpinan pada setiap amal usaha Muhammadiyah harus merupakan pimpinan amal usaha dakwah. Semua majelis dan ortom Muhammadiyah harus merupakan majlis dan ortom penyelenggara kegiatan dakwah. Pendeknya semua orang yang terlibat dalam kegiatan amal usaha Muhammadiyah harus menjadi pelaksana dakwah. Kemudian penamaan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, dilihat dari sifat Dakwah Muhammadiyah yang ditujukan kepada ummat Ijbah (ummat Islam sendiri) baik terhadap perorangan maupun masyarakat. Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman dan pengamalan ummat Islam terhadap dinul Islam secarah benar dan tepat (asli murni) sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SWT sedangkan dalam bidang amaliah duniawiah maka tajdid yang dilakukan muhammadiyah bersifat modernisasi untuk mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang cenderung selalu berubah, sehingga Dinul Islam menjadi Rahmartan Lil-Alamin.
Jiwa yang terkandung dalam kepribadian Muhammadiyah itu menunjukkan betapa Muhammadiyah dibesarkan oleh pengalaman sejarah bangsa dan umat manusia, sehingga sudah saatnya muhammadiyah menunjukkan wajah dan wijhahnya yang sebenarnya sebagai suatu gerakan Islam, Gerakan Dakwah dan Gerakan tajdid yang bertanggun jawab terhadap Agama Islam , Bangsa.
Setiap warga Muhammadiyah terutama para pemimpinya dan tokohnya hendaknya selalu mengamalkan dan memperjuangkan apa yag sudah tercantum dalam kepribadian Muhamadiyah, serta benar-benar menjadikannya sebagai pedoman beramal dan berjuang sekaigus sebagai hiasan pribadi warga Muhammadiyah.

0 komentar:

Posting Komentar